BANDUNG| WALIMEDIA – Komunitas Aleut. Demikian nama wadah para pecinta sejarah dan budaya kota Bandung yang berdiri sejak Mei 2006 dan bermarkas di Jalan Pasir Luyu No. 30, Suryalaya, Buahbatu, Bandung.
Komunitas ini didirikan jelas Deuis Raniarti, Koordinator Komunitas Aleut, bertujuan untuk memperkenalkan sejarah dan situs-situs cagar budaya kota Bandung kepada masyarakat luas.




Sampai saat ini Komunitas Aleut sudah memiliki anggota tetap dengan jumlah ratusan orang dengan latar belakang profesi yang berbeda. Mulai dari mahasiswa, dosen, pekerja/karyawan, hingga praktisi sejarah dan budaya. Sementara jumlah pengikut di media sosial sudah mencapai ribuan follower.
Mengenai keanggotan komunitas ini, dijelaskan Rani–sapaan akrab Deuis Raniarti, terbuka untuk umum. Tidak saja bagi warga kota Bandung, warga diluar kota Bandung pun diperbolehkan menjadi anggota.
“Komunitas Aleut ini terbuka untuk umum. Tidak hanya untuk mereka yang berdomisili kota Bandung. Teman-teman dari luar juga kalau suka dengan sejarah dan budaya bisa ikut bergabung,” jelas Rani.
Sesuai dengan namanya Aleut yang berarti “jalan bersama” (bahasa Sunda), maka kegiatan yang diselenggarakan Komunitas Aleut juga dilakukan secara berkelompok. Seperti ngaleut dengan cara berjalan kaki bersama ke lokasi bersejarah atau touring dengan menggunakan kendaraan bermotor. Kegiatan ngaleut ini dilakukan untuk menelusuri tempat bersejarah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menguatkan literasi. Intinya,
“Semua kegiatan di Komunitas Aleut dilakukan secara ngaleut (berjalan beriringan) ke tempat yang memiliki nilai sejarah, yang mungkin sebelumnya diketahui anggota hanya lewat buku-buku,” jelas gadis berjilbab ini.
Sementara tema kegiatan di Komunitas Aleut, kata Rani, berbeda-beda di setiap minggunya. Disesuaikan dengan kesepakatan anggota. Sebagai contoh ngaleut ke bioskop. “Ini berarti kita ke gedung bioskop yang dulu-dulu dan memiliki nilai sejarah.”jelasnya.
Dengan mengetahui sejarah dan budaya, lewat Komunitas Aleut seperti ini, maka masyarakat diharapkan bisa ikut serta dalam merawat atau menjaga kotanya.
“Kalau masyarakatnya sudah tahu dengan kotanya sendiri, dengan sejarahnya sendiri kayak gimana, diharapkan masyarakatnya dapat ikut serta merawat dan mencintai kotanya sendiri,” tutur Rani, Kamis (30/07/2020) lalu.
Rani yakin dengan adanya kelompok pecinta sejarah seperti komunitas Aleut ini, di tengah tren masyarakat modern, akan tumbuh kesadaran untuk lebih mengenal dan mengapresiasi sejarah sebuah kota. Tidak hanya sekedar menggunakan tempat atau bangunan yang ada untuk foto-foto di media sosial.
“Dengan adanya wadah seperti komunitas Aleut ini, masyarakat bisa mengenal dan akan lebih mencintai dan akan menjaga warisan budaya yang ditinggalkan para pendahulunya, khususnya warisan yang ada di kota Bandung,” pungkasnya. (Thoriq)
Discussion about this post